Indonesian Fanfiction Authors Community

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Bagi para Author Fanfiction atau Reader Fanfiction, silahkan gabung!


    Fiance? Fence! [Tunangan gak jelas]

    avatar
    Aya-chan
    The Fool


    Posts : 2
    Join date : 2009-08-08
    Age : 32

    Fiance? Fence! [Tunangan gak jelas] Empty Fiance? Fence! [Tunangan gak jelas]

    Post by Aya-chan Fri Oct 16, 2009 8:41 am

    Happy reading minna!!

    YAOI HATERS sebaiknya TIDAK MEMBACA fanfic ini!!!

    Warning: Superduper OOC, YAOI! Lebay, Gajhe! Dan segudang ke-ABALan lainya! Gajhe! Dan mungkin santapan empuk para Flamer! Sedikit dibantu Nana Si Cempreng-Lebay. Makasih Adekku! Dan OC!

    Pairing: HirusenaRiku.

    Rated: T Sajalah, ngapain tingi-tinggi jadi M?

    Disclaimer: Eyeshield 21©️ Riichiro Inagaki and Yusuke Murata, Fiance? Fence! ©️ Saiia.

    Fiance? Fence!

    [Tunangan Nggak Jelas]


    “Nak,” sapa sang ayah. Kala saat itu, keluarga Kobayakawa sedang duduk-duduk nonton sinetron bersama.

    “Apa Yah?” jawab sang anak, Sena, sedang memeluk kucing kesayangannya, Pitt.

    “Tadi Ayah kerja…”

    “Iya, Bukannya Ayah emang kerja setiap hari kecuali Minggu?” jawab si anak lagi.

    “Terus, Ayah dipanggil seseorang…”

    “Jangan mau dipanggil seseorang yang nggak dikenal Yah! Nanti ditipu. Paling banter dicopet…” Sena memperingatkan si Ayah.

    “Dengar dulu! Ayah dipanggil temen Ayah waktu masih seperjuangan jual goreng-gorengan dulu di Indonesia…” lanjut si Ayah. Sena kembali memeluk kucingnya.

    “Terus?”

    “Nah, temen Ayah itu ternyata sukses jadi penjual gorengan, dan sekarang dia punya perusahaan produksi pisang goreng di Perancis sana, namanya ‘De Phie Sang Ghore Eng Delicious Than Croissant’…”

    ‘Aneh banget namanya?’ batin Sena.

    Si Ayah balik lagi sama ceritanya, “Terus, Ayah diingetin kalo dulu, Ayah punya hutang sama dia. Mana besar pula! Sepuluh juta Yen! Karena uang pinjaman itu, Ayah berhasil menjadi pegawai kantoran seperti sekarang Nak…”

    “Ooh…” angguk Sena.

    “Sena…”

    “Iya Yah?”

    “Ayah bangga banget punya anak jagoan American Football kayak kamu…” sanjung sang Ayah.

    “Eh? Makasih Yah!”

    “Ayah seneng banget, ternyata campuran gen Ayah sama Bunda kamu bisa menghasilkan anak semanis kamu…”

    “Manis? Iya, banyak anak-anak cowok bandel di sekolah yang suka bilang gitu Yah!” Adu Sena.

    “Ayah bahagia banget, di tengah perekonomian kita yang lagi krisis ini kamu mau menyerahkan uang hasil menang Amefuto buat nambal-nambalin ekonomi keluarga…”

    Sena garuk-garuk kepala, “Eh, iya Yah. Sekarang aku juga lagi krisis, dan sekarang lagi nggak ada turnamen Amefuto yang hadiahnya uang sih Yah. Jadi maaf dulu…”

    “Nggak apa-apa sayang…” si Ayah mengelus kepala Sena. Membuat Sena makin terharu, “Ayah pokoknya bahagia kamu lahir dengan wajah manis, ramah, nggak pelit senyum dan badanmu kecil. Nggak kayak Pretty, bencong kekar tetangga sebelah kita itu Nak…”

    “Yah, ada apa sih Yah? Tumben loh, Ayah muji-muji aku kayak gini. Kalau ada masalah, cerita aja Yah, mungkin aku bisa bantu…” balas Sena menggenggam tangan ayahnya.

    “Gini loh, sebenernya…Ayah udah relain kamu buat nutupin utang Ayah sama temen Ayah itu…”

    “APA?!” kaget Sena. Tak sadar ia meremas Pitt. Membuat kucing itu meronta-ronta minta ampun.

    “Katanya kamu mau dijadiin kayak kisah Siti Nurbaya itu…”

    “Apa?! Nggak!”

    “Temen Ayah itu udah lihat fotomu waktu kamu kecebur di got itu dan dia tertarik sama kamu…”

    “Nggak mungkiiiiiiiiiiin!” pekik Sena.

    “Dan besok pagi, kamu bakal di jemput sama dia…”

    “O em ji!!!”

    Xx*-*-*xX


    Pagi itu, sebuah limosin kuning polkadot pink berhenti di depan kediaman Kobayakawa. Sena dan kedua orang tuanya sudah menunggu si calon tunangan nggak jelas tersebut. Terlebih Sena yang diam-diam berdoa semoga limosin norak itu cuma ngetem nyari penumpang, atau keneknya mau numpang toilet rumahnya.

    Seketika, keluarlah dua orang berjas hitam-hitam mirip MIB menggelar karpet merah. Terbukti! Pisang goreng ternyata laku di Perancis!

    “Bonjour! Meisster Kobayakawa!” sapa seseorang norak turun dari limosin yang juga norak tersebut. Rambutnya ikal seleher berwarna coklat, pakaiannya jas mahal yang rapi banget, bulu matanya lentik, bibirnya mengapit bunga Mawar merah, kaki jenjangnya mengenakan sepatu pantofel kulit dan giginya, kalo disenter pasti bakal mantulin cahaya senter saking putihnya. Membuat Sena bergidik melihatnya.

    “Nak, kenalkan, ini temen Ayah, namanya Kenny Goshogawara. Yang tadi malam Ayah certain itu loh!” Ayah Sena memperkenalkan.

    “E-ehm..sa-salam kenal….” Ucap Sena gagap melihat makhluk di depannya.

    “Oh! Apa ini calon tunanganku?!” cetus si Kenny dengan riangnya sembari menunjuk Sena. Bunda dan Ayah Sena mengangguk, sementara Sena geleng-geleng.

    “Fantastik! Kaget dapat lebih!” teriaknya menirukan logat suatu iklan, “Baiklah, hutang kalian lunas, malah berlebih! Nah, ini lebihnya!” ia memberikan sebuah koper mahal kepada Ayah Sena. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah pisang goreng lengkap dengan sambal asam manis.

    ‘Jadi hargaku cuma 10 juta Yen plus sekoper pisang goreng?! Oh Tuhan…’ batin Sena menderita.

    “Oke! Terima kasih, Mother and father! Akan kubawa calon tunanganku ini ke istanaku!” si norak itu mencium tangan kedua calon mertuanya dan langsung menggotong Sena, memasukkan cowok mungil itu ke dalam limosinnya. Bunda dan Ayah Sena hanya bisa melambai-lambai sedih dari kejauhan, melihat putra mereka sudah diangkut dengan limosin kuning polkadot pink tersebut.

    Xx*-*-*xX


    Sebuah limosin kuning polkadot pink melaju kencang di jalan raya. Untung saat itu mereka nggak dipergokin polisi lalu lintas ataupun polisi cepekan. Tak-tik-tuk, kedengaran bunyi keypad hape dipencet-pencet oleh Sena. Ia asik sms dengan Riku. Mumpung dia lagi dapet paket 2000 sms gratis sekaligus minta tolong sama teman kecilnya itu.

    Sms terakhir dari Riku berbunyi; Tenang. Kamu pasti baik-baik aja. Kamu kecil nan gesit! Cari aja celah buat kabur. Kalau nggak sanggup atau dia ngelakuin sesuatu yang aneh-aneh ke kamu, langsung sms aku tanpa basa-basi. Aku pasti dateng nolongin. Oke Say? -Riku-

    Sms terakhir tersebut, seenggaknya membuat Sena tersenyum, dan jantungnya yang tadi kebat-kebit jadi agak tenang. Riku seenggaknya, udah stand by mau nolongin.

    “Sayangku…” sapa si tunangan norak. Sena nggak ngejawab karena merasa namanya bukan ‘sayangku’.

    “Sena sayangku…” panggilnya lagi. Sena masih nggak menjawab karena nama lengkapnya adalah Sena Kobayakawa, bukan Sena sayangku.

    “Sena Kobayakawa!” panggilnya lagi. Kali ini, Sena baru noleh dan menjawab.

    “Y-ya?”

    “Untuk mengawali perjumpaan kita, biarkanlah aku memberikan salam manis di bibirmu…” ujar si norak memegang dagu Sena. Jelas Sena meronta-ronta. Mana pegangan itu kuat lagi, sekaligus tangan satunya lagi mencengkram lengannya.

    “Ayo…sayang. Berikan aku bibir ranummu…” gombal si Kenny. Sena jelas menolak, dan kalau aja dia dikaruniai keberanian seperti Riku, mungkin saat ini dia udah ngebuka pintu mobil dan melakukan adegan action meloncat dari mobil, kayak di film-film Hollywood gitu.

    “Um…” si tunangan nggak jelas mulai monyong-monyongin mulutnya. Persis Lohan kesengsem.

    CKIIIIIIIIT!

    Si sopir mendadak sinting melajukan limosinnya dengan kecepatan tinggi. Semua jalur dia lewati. Jalur darat maupun jalur laut(?). bahkan berhasil memacu Kopaja yang remnya blong dan sedari tadi telah melaju di depan mereka. Adegan kebut-kebutan ala Initial D terjadi saat itu. Antara si limosin kuning dan si Kopaja. Bahkan oplet di belakang nggak mau kalah. Sena berasa nonton Hollywood live walau sekarang dirinya sendiri yang jadi pemerannya.

    “Gyaaaaaaaa!!” teriak Sena, Kenny nggak menyia-nyiakan kesempatan dalam kesempitan. Dia lantas memeluk Sena yang dari tadi udah pucat pasi mengingat nyawanya hanya ada satu. Bukan sembilan.

    “Maaf Honey! Sopir moi (Aku) ini dulunya bekas pembalap F1! Jadi penyakit balapannya suka kumat!” ujarnya, “Dan sebulan lalu, dia baru keluar dari RSJ!”

    “Noooooo!” pekik Sena lantaran dipeluk sama sejenis Lohan, juga karena nyawanya berada di tangan si sopir F1.

    Alhasil, karena tingkah abnormal si pembalap F1, mereka akhirnya sampai di kediaman Goshogawara. Rumah mewah besar bergaya Eropa dengan palang pisang goreng di pintu gerbangnya.

    “Nah, Sena Honey! Kita udah sampai di sarang cinta kita!” gombal si Lohan norak lagi. Sena hanya memandang rumah itu pasrah.

    “A-apa? Sa-sarang…ci-cinta?” gumamnya.

    Xx*-*-*xX


    Di dalem sebuah rumah, terlihat seorang pemuda berambut putih sedang asik tukar-tukar siaran TV. Bosan melanda dirinya. Tiga cangkir teh dan dua mangkok soto Padang habis dilahapnya. Belum lagi nasi Gudeg dan pepes teri yang dia jadikan cemal-cemil. Riku Kaitani namanya.

    “Sena…apa dia nggak apa-apa ya?” gumamnya pelan. Tiba-tiba bayangan Sena muncul di kepalanya. Remote TV asik dia tekan bolak-balik. Nggak peduli adik perempuannya udah protes karena acara Teletabis kesukaannya dituker sama acara Twinnies favorit Riku –Apa bedanya coba?! Sama-sama boneka gitu!-

    “Ah, pasti nggak apa-apa deh!” Riku menenangkan hatinya, “Sena kan sekarang udah cukup kuat..” angguknya lagi. Lalu ia menukar siaran TV lagi. Kali ini siaran televisi RCTV sedang menayangkan telenovela berjudul Dulce Maria To Carlitos. Kala nggak ada kerjaan, Riku akhirnya nyambar keripik ubi terdekat dan mulai menelaah telenovela tersebut.

    -

    “Kita tak bisa bersama lagi, Dulce Maria…”

    “Carlitos….kenapa?”

    “Aku tak menyangka, kau mau dijodohkan oleh pengusaha pisang coklat, si Chocolatos itu!”

    “Tidak Carlitos! Aku dijual ayahku karena hutang! Aku mencintaimu Carlitos!”

    “Selamat tinggal Dulce, aku akan segera menikah dengan Sadako saja…”

    “Carlitoooos!”

    -

    “Ngaco!” omel Riku. Lantaran telenovela lebay tadi, ia kembali cemas pada Sena. Alih-alih, ia ganti lagi saluran TV.

    “Sena nggak apa-apa…” gumamnya. Siaran TV yang di ambil Riku, adalah siaran GTV. Singkatan dari Gelo TV. Riku mendapati siaran itu sedang menayangkan sebuah sinetron. Kali aja sinet satu ini bisa membuatnya lupa dengan cemasnya itu.

    -

    “Jangan! Jangan siksa Mano! Mano udah nggak cinta lagi!”

    “Tolong anakku! Tolong Manohara! Dia dibawa pergi! Disiksa!”

    -

    KLIK!

    Bukannya ngelupain cemasnya, rasa cemas Riku malah nambah. Akhirnya di dia memutuskan untuk nonton berita aja.

    ‘Sena fine-fine aja, nggak usah khawatir. Masa Sena ngalamin kejadian kayak di sinet-sinet sih…’ batinnya keukeuh.

    -

    “Berita hari ini. Seorang TKW asal Jepang ditemukan tak bernyawa di kolong jembatan Perancis. Diduga, sang majikan menganiaya sang TKW…”

    -

    “Gyaaaa! Senaaaaa!” teriak Riku lebay. Otaknya mulai sinting gara-gara TV. Satu lagi remaja korban acara televisi. Tak pelak kunci Motor RX King di samping rumah disambar juga.

    Xx*-*-*xX


    “Yah…” panggil Mihae Kobayakawa, alias bunda Sena.

    “Apa Bun?”

    “Jangan panggil Bun-Bun dong Yah!” protes si bunda.

    “Iya, kenapa Bunda?”

    “Anak kita satu-satunya itu nggak apa-apa ditinggal di sana Yah? Bunda takut nanti Sena diapa-apain lagi, kayak kasusnya Manohara itu Yah…”

    Si Ayah yang tadinya lagi baca Koran akhirnya noleh juga ke Bunda, “Kita berdoa aja Bunda, semoga Tuhan melindungi Sena…”

    Biar udah dihibur suaminya, tapi si Bunda kelihatan masih takut, “Yah, bunda sayang sama Sena. Dia anak kita satu-satunya Yah, Ayah ‘kan tahu kalau bikin anak itu susah banget…buktinya, adiknya Sena sampai sekarang nggak jadi-jadi. Sena udah bosen tuh, nganggep Pitt sebagai adik kandungnya…”

    Xx*-*-*xX


    Sena berjalan lemas di belakang tunangan nggak jelasnya. Rumah si pengusaha pisang goreng itu hampir mirip istananya Cinderella nan mewah.

    “Nah, Sena, ini kamar kamu…” ujarnya memegang bahu Sena. Sena lantas merinding.

    “Ka-kamar? Bukannya aku cu-cuma berkunjung?” Tanya Sena gagap. Berusaha melepaskan tangan si jelmaan Lohan tersebut.

    “Oh, sayangku, masa papihmu nggak bilang sih? Kamu itu bakalan tinggal sama-sama moi di sini! Selamanya akan berbahagia!”

    “Apa?!” Sena mendadak keselek.

    “Nah, silahkan menikmati kamarmu sayang! Jangan coba-coba kabur! Rumah moi ini di jaga ketat dan keamanannya nomer wahid! Oke, yuk dadah, yuk babai! Moi mau pergi arisan dulu!”

    Kenny lantas meninggalkan Sena sendirian di kamar. Alhasil Sena hanya pasrah meratapi nasibnya. ‘Kalau kepepet, gantung diri saja!’ itulah teori yang tiba-tiba menclok di kepala Sena.

    ~TO BE CONTINUED~


    hope you like it~

      Current date/time is Fri Oct 18, 2024 12:53 am